KUDUS, suaindonesia.com – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Muria Kudus (UMK) baru saja selesai mementaskan naskah “Pakaian dan Kepalsuan” karya Averchenko di Auditorium UMK. Pementasan teater ini digelar sebagai pertanggung jawaban atas mata kuliah kajian teater yang diampu Dr. , Drs. Mohammad Kanzunnudin M.Pd. Acara yang digelar sejak pukul 20.00 wib ini berjalan lancar.
Para penonton sangat berantusias. Mereka tertarik pada naskah yang akan diangkat. Selain itu, mereka juga ingin melihat kreativitas mahasiswa PBSI dalam menggelar pementasan drama. Mengingat kajian teater erat hubungannya dengan dunia kesusastraan, harapannya mahasiswa PBSI UMK mampu membuat penonton terpikat dengan penampilan mereka.
“Ga nyangka banget penontonnya bakal sebanyak ini, melebihi jumlah tiket yang sudah disediakan” ujar salah satu pemain.
“Pakaian dan Kepalsuan” karya Averchenko menjadi naskah penting serta menarik untuk dipentaskan. Pemilihan naskah ini bukan tanpa sebab. Saat ini banyak sekali orang-orang yang mudah tertipu dengan penampilan orang lain. Seringkali, pakaian menjadi tolak ukur dalam menilai seseorang. Namun, pada naskah ini justru menjelaskan kebanyakan orang yang berpakaian rapi dengan gaya hidup mewah ternyata hanya hidup dalam kemunafikan yang mereka ciptakan. Seperti beberapa tokoh yang diceritakan mengaku sebagai pahlawan, anggota parlemen, serta pegawai negri sebenarnya seorang mucikari, penari, juga rentenir.
Naskah teater yang digarap Warih Bayu ini sebenarnya sudah dipentaskan diwaktu yang tepat, mengingat sebentar lagi pesta rakyat akan digelar. Kanzunnudin mengatakan penampilan mahasiswa PBSI UMK semester empat yang bernaung dalam teater jiwa mengangkat tema pada momentum yang pas. Rakyat memerlukan pemimpin yang jujur tanpa kepalsuan. Secara tidak langsung “pakaian dan kepalsuan” mencoba menyampaiakan kondisi politik di Indonesia yang carut marut karena kepalsuan serta kenaifan para anggota parlemen yang berdampak pada kerusakan ekonomi serta tatanan sosial masyarakat. Dengan begitu, mengadopsi naskah hasil terjemahan Achdiat K.M. ini mampu menjadi ingatan panjang sebab akibat dari kepalsuan para badut yang hanya mau memperkaya diri sendiri di atas penderitaan orang lain. Sudah barang tentu, rantai kebobrokan seperti ini harus diputus.
“Naskah yang diangkat mahasiswa sudah sesuai, subtansinya jelas tentang kepura-puraan” ungkap Kanzunnudin.
Penampilan teater ini rencananya tidak berhenti di sini. Menjelang Pendaftaran Mahasiswa Baru (PMB), teater jiwa akan tour show di beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA). Harapanya bisa menarik minat siswa untuk ikut bergabung ke PBSI Universitas Muria Kudus. Selain itu, kanzunnudin mengatakan pementasan teater ini dimanfaatkan untuk memperluas jaringan yang akhirnya semakin mempermudah mahasiswa yang ingin ikut dalam panggung kesenian baik dalam maupun luar kampus.
“Tahun dulu juga setelah pementasan teater, mahasiswa diajak untuk ikut dalam pembuatan film yang biayai gubenur Jawa Tengah” tambah lelaki paruh baya itu.