Debit Air Naik, Jembatan Alternatif Mojo Berbahaya

UIN Surakarta

Rina Kholif Tiana

SURAKARTA, suaindonesia.com – Hujan turun tidak menjadi halangan bagi warga yang tinggal di sekitar jembatan alternatif yang terbuat dari bambu, yang berada di Kampung Sewu, Jebres, Kota Solo, Rabu (19/10). Jembatan tersebut  menjadi salah satu rute yang digunakan penguna jalan sepeda dan sepeda motor selama masa penutupan jembatan Mojo.

Jembatan yang menghubungkan Desa Gadingan, Mojolaban, Sukoharjo dengan Kampung Sewu, Jebres, Solo ataupun sebaliknya dianggap oleh pengendara atau warga sekitar sebagai jalur tersingkat untuk menuju lokasi tersebut. Puluhan orang rela mengantri untuk mengunakan jembatan bambu dengan Panjang 70 meter itu untuk menjadi pilihan jalan yang paling mudah meskipun hujan deras sekalipun.

Pengendara sepedah motor yang akan melintas di jembatan tersebut dikenakan tarif seikhlasnya oleh warga yang menjadi petugas atau tim keselamatan dan uang tersebut akan di gunakan sebagai biaya operasional dan tim yang terlibat, mereka juga di perkenankan untuk berboncengan saat menyebrang demi menjaga keselamatan karena jembatan yang licin selesai hujan turun.

Joko salah satu warga menjelaskan Pembuatan jembatan sasak sebagai jalur arternatf ini sangat efektif untuk pengendara motor yang berangkat dan pulang kerja hal ini dilakukan atas kesadaran masyarakat sekitar dan hasil dari swadaya bersama maupun sumbangan dari luar.

“Tujuan di bentuknya tim keselamatan ialah untuk melayani para pengendara motor yang tidak berani melintas jembatan sendiri, dibantu oleh kurang lebih 15 anggota tim yang di bagi menjadi bebrapa shif dalam waktu 24 jam.” Ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *