KUDUS, suaindonesia.com – Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK) sukses menyelenggarakan kuliah perdana dengan tema “Pemanfaatan AI dan ChatGPT dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia: Peluang dan Etika” pada Senin, (30/06/2025). Kegiatan tersebut dilaksanakan di Ruang Seminar Gedung J Lantai 5 UMK. Acara ini menjadi agenda wajib bagi mahasiswa semester 2, 4, dan 6 PBSI.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber Dr. Biya Ebi Praheto, M.Pd., MCF., Dosen S3 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dari Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta. Dalam pemaparannya, ia menjelaskan bahwa teknologi kecerdasan buatan seperti ChatGPT telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam mendukung proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
“AI seperti ChatGPT bisa menjadi mitra bagi pendidik dalam menyusun materi, mengevaluasi, hingga mendukung proses belajar siswa. Namun, penggunaannya harus disertai kesadaran penuh terhadap etika, seperti kejujuran akademik dan tanggung jawab sosial,” terangnya.
Lebih lanjut, Dr. Biya menekankan bahwa pembelajaran yang memanfaatkan teknologi harus tetap berpijak pada prinsip meaningful learning yakni pembelajaran yang bermakna, mendalam, dan membentuk karakter berpikir kritis serta kreatif pada siswa. Ia juga mengajak peserta untuk memanfaatkan AI bukan sebagai pengganti, tetapi sebagai penguat dalam menciptakan proses belajar yang inovatif dan adaptif terhadap perkembangan zaman.
“Etika digital menjadi fondasi utama agar pemanfaatan AI tidak sekadar teknis, tapi juga mendukung tumbuhnya integritas dalam dunia pendidikan,” tambahnya.
Sementara itu, Kaprodi PBSI UMK, Dr. Muhammad Noor Ahsin, M.Pd., dalam sambutannya menyampaikan harapan besar terhadap kegiatan ini. Ia berharap kuliah perdana mampu membuka wawasan mahasiswa terhadap kemajuan teknologi dalam pendidikan.
“Gunakan ChatGPT dengan bijak. Kalian calon guru, maka manfaatkan AI ini sebagai sarana belajar dan mengajar yang cerdas, bukan untuk mempermudah jalan pintas. Serta bisa membentuk generasi yang berpikir kritis dan bertanggung jawab,” pungkasnya.
Dengan antusiasme tinggi dari para peserta, kegiatan ini menjadi langkah awal yang signifikan dalam merespons tantangan dan peluang pembelajaran Bahasa Indonesia di era digital berbasis kecerdasan buatan.