SEMARANG, suaindonesia.com― Persoalan mengenai banjir rob yang kerap terjadi pada daerah pesisir, direspon secara ‘seni’ oleh Kolektif Hysteria selaku penyelenggara festival Penta K Labs IV di Kampung Nelayan Tambakrejo, Tanjung Mas, Semarang. Festival yang dilaksanakan dua tahun sekali yang berlangsung sejak 17 hingga 21 Desember 2022 ini mengangkat tema “Malih Dadi Segara (Berubah Menjadi Laut)” dengan memboyong 37 seniman visual, 10 musisi, serta 20 pembicara simposium.
Isu yang ditonjolkan dari pameran bertajuk sites specific art project (pameran seni di tempat khusus) ini adalah fenomena banjir rob yang sudah menjadi makanan sehari-hari masyarakat Kampung Nelayan Tambakrejo. Banjir rob yang terjadi bukan semata-mata karena perubahan iklim, namun juga penanaman pipa laut serta pembangunan pabrik yang terus menggerus permukaan pesisir hingga menyebabkan air laut yang terus naik.
Permasalahan lain yang menjadi isu utama dalam pameran seni ini adalah penggusuran yang dialami oleh penduduk masyarakat Kampung Nelayan Tambakrejo yang dilakukan oleh pemerintah. Pasalnya, rumah yang dihuni oleh para penduduk saat ini adalah rumah semi-permanen tanpa surat ataupun sertifikat hak milik yang jelas. Hal ini tentu menyudutkan warga masyarakat yang tidak memiliki hak apapun atas tanah yang saat ini mereka tinggali saat seharusnya tanah inilah yang sepenuhnya milik penduduk. Tak hanya satu-dua orang yang telah beregenerasi di Kelurahan Tambakrejo ini.
“Ya kita, sih¸ berharapnya ada kestatusan yang jelas dari pemerintah. Jadi kita juga tenang kalau mau renovasi. Sekarang kan, saya berjualan makanan. Nggak enak dong kalau ada pembeli yang datang mau membeli terus ‘lho, kok, tempatnya kumuh’ begitu,” ujar Widodo saat ditemui di kediamannya, Rabu (14/12/2022).
Widodo yang berprofesi sebagai penjaja makanan di Pelabuhan Tanjung Emas itu mengaku kecewa dengan sikap pemerintah yang nampak tidak serius dengan rencana pemindahan tempat tinggal. Seolah, pemerintah hanya melakukan pengungsian sementara pasca banjir rob besar yang membinasakan rumah permanen milik warga sebelumnya. Pasalnya, sudah hampir tiga tahun mereka tinggal di rumah tanpa sertifikat apapun ini.
Sebagai respon dari hal tersebut, Brebes ArtDictive, salah satu kolektif seni yang berpartisipasi dalam perhelatan akbar ini, menciptakan sebuah karya seni dengan judul Sapa Dari Utara. Konsepnya, mereka menggunakan rumah kosong yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya akibat banjir rob yang telah mengepung seluruh bagian dari rumah. Mural yang membentuk gambar tangan ini menggambarkan permintaan tolong akibat tenggelam oleh banjir rob.

Selebihnya, warga Kampung Nelayang Tambakrejo berharap dengan diselenggarakannya Festival Seni Penta K Labs IV: Malih Dadi Segara ini suara mereka akan lebih didengar oleh masyarakat luas, terlebih khususnya pemerintah yang presensi nyatanya selalu diharapkan oleh warga lokal.