TIM Pengabdian UMK Dampingi Penyusunan Instrumen Penilaian CPS Berbasis Ethno-Edutainment di SD 1 Rendeng Kudus

Noor Ahsin
Tim Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Muria Kudus Dampingi Penyusunan Instrumen untuk Guru. Belum Lama ini.

KUDUS, suaindonesia.com – Tim Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Muria Kudus (UMK) menggelar kegiatan di SD 1 Rendeng Kudus, Kamis (16/10/2025).

Kegiatan bertajuk Pendampingan Penyusunan Instrumen Penilaian Creative Problem-Solving Berbasis Ethno-Edutainment untuk Pembelajaran Mendalam di SD 1 Rendeng Kudus” ini dilaksanakan dengan visi membantu guru menciptakan instrumen penilaian yang inovatif, kreatif, dan kontekstual.

Melalui model Creative Problem-Solving (CPS) dan konsep Ethno-Edutainment, instrumen dirancang tidak hanya untuk mengukur hasil belajar, tetapi juga proses berpikir, kreativitas, dan keterlibatan siswa, serta mengintegrasikan budaya lokal dalam pembelajaran mendalam.

Dipimpin oleh Dr. Himmatul Ulya, M.Pd. sebagai Ketua Tim, didampingi oleh Sekar Dwi Ardianti, M.Pd. dan Dr. Ratri Rahayu, M.Pd. dari UMK, tim juga melibatkan mahasiswa UMK yang aktif dalam pelatihan, pendampingan serta pengembangan perangkat penilaian.

Pelatihan berlangsung di SD 1 Rendeng yang diikuti oleh seluruh guru sekolah dasar, dengan beberapa sesi berupa teori, praktik, dan refleksi implementasi instrumen di kelas.

Ketua tim pengabdian, Dr. Himmatul Ulya, M.Pd., menjelaskan bahwa pembelajaran dan penilaian yang efektif harus mampu mengasah kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa sekaligus mengenalkan nilai-nilai budaya di sekitar mereka.

“Melalui kegiatan ini, kami berharap dalam menyusun penilaian, guru-guru tidak hanya mengukur hasil belajar siswa, tetapi juga menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif, pemecahan masalah, serta tertarik terhadap budaya lokal,” ujar Himmatul Ulya.

Kepala Sekolah SD 1 Rendeng, Dewi Sofiyati, S.Pd., M.Pd., memberikan apresiasi tinggi atas dukungan tim UMK. Ia berharap munculnya model penilaian baru yang mampu mendorong pembelajaran mendalam di tingkat sekolah dasar. Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari pihak sekolah.

Antusiasme juga terlihat dari para guru peserta yang tampak bersemangat mengikuti setiap sesi pelatihan. Guru pun mengaku mendapatkan banyak inspirasi baru dalam mengembangkan pembelajaran di kelas.

“Pelatihan ini memberi semangat baru bagi kami untuk membuat penilaian yang lebih kreatif dan kontekstual. Anak-anak pasti akan lebih mudah memahami jika stimulus soal dikaitkan dengan budaya mereka sendiri,” ujar salah satu guru peserta pengabdian

Melalui kegiatan ini, diharapkan guru-guru di SD 1 Rendeng mampu menjadi agen perubahan pembelajaran, yang tidak hanya mengukur hasil akhir tetapi juga mengutamakan proses berpikir dan karakter siswa. Lebih jauh, hasil kegiatan akan dikembangkan menjadi model penilaian CPS berbasis budaya lokal yang bisa direplikasi di sekolah-sekolah lain.

 

 

 

Noor Ahsin
Author: Noor Ahsin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *